PEMBUATAN BUBUR MPASI DI POSYANDU ANGGREK PUTIH KELURAHAN AIR HITAM DALAM RANGKA PENGABDIAN MASYARAKAT
Abstract
Stunting terkait dengan lebih rendahnya perkembangan kognitif dan produktivitas. Stunting pada anak merupakan indikator utama dalam menilai kualitas modal sumber daya manusia di masa mendatang. Gangguan pertumbuhan yang diderita anak pada awal kehidupan, pada hal ini stunting, dapat menyebabkan kerusakan yang permanen. Menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting balita di Kalimantan Timur mencapai 23,9% pada tahun 2022. Provinsi Kalimantan Timur berada di peringkat ke-16 tertinggi secara nasional. Prevalensi balita stunting di Kalimantan timur pada tahun 2022 naik 1,1 poin dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2021, prevalensi balita stunting di Kalimantan Timur sebesar 22,8%. Masalah stunting pada balita dapat berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka yang panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan untuk belajar, dan tingginya resiko terserangnya penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas. MPASI (Makanan pendamping ASI) adalah pemberian makanan pendamping selain ASI saat bayi berusia 6 bulan. ASI hanya menyediakan setengah atau lebih kebutuhan gizi bayi pada usia 6-12 bulan. Pada bulan ke 12-14 bulan, ASI hanya menyediakan sepertiga dari kebutuhan gizi, oleh karena itu bayi perlu mendapatkan MPASI untuk mencukupi kebutuhan zat gizi tubuhnya. Kegiatan pelatihan pembuatan MPASI diawali dengan pemberian materi terkait stunting kemudian dilakukan pembuatan bubur dengan melakukan demo bersama dengan peserta yang hadir. Hasil kegiatan yakni berupa produk bubur MPASI diharapkan dapat menjadi referensi untuk asupan balita yang ada di lingkungan Posyandu Anggrek Putih Kelurahan Air Hitam.
Copyright (c) 2023 Jurnal Abdi Masyarakat Erau

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.